Salam








SELAMAT DATANG DI BLOG TIMBUL MUJIONO ENTREPRENEUR SANG PETUALANG


Selasa, 01 November 2011

KEMULIAAN DI BALIK KESEDERHANAAN


Hidup sederhana tidak berarti miskin, pelit dan menyiksa diri. Sikap ini muncul justeru dari pribadi yang kaya hati, kuat mengendalikan diri dan peduli terhadap sesamanya. Orang yang biasa hidup sederhana akan lebih jernih memandang dan membaca dunia sekitar karena melihatnya dengan hati yang lebih bening, tidak terhalang aksesoris untuk memancing pujian orang.

Dalam bentuk bangunan fisik, bangunan sederhana yang amat anggun dan sangat magnetik tentu saja Ka’bah. Sejak dari warna, bentuk dan isinya yang serba sederhana, namun di balik kesederhanannya itu Ka’bah menyimpan sejarah dan cita-cita sangat mulia yang diwariskan Nabi Ibrahim untuk mengajak umat manusia agar mengenali siapa dirinya. Bahwa seluruh manusia itu pada dasarnya bersaudara. Semuanya berasal dari Allah dan semuanya akan kembali pada-Nya.

Tokoh-tokoh besar penggubah jalannya sejarah dan pembangun peradaban besar umumnya hidup secara sederhana. Yang besar adalah jiwanya, menjulang tinggi cita-cita dan nalar kreatifnya. Sampai-sampai soal makan, pakaian dan tempat tinggal tidak dipikirkan kecuali sebatas menjaga kesehatan dan keamanan dirinya untuk berkarya. Tokoh yang masih mudah dikenang, di luar jajaran Nabi, adalah Mahatma Gandhi, Ayatullah Khumaini, dan Nelson Mandela. Mereka begitu sederhana gaya hidupnya.

Kita jadi prihatin dan merenung, mengapa para politisi dan pejabat tinggi kita terjebak ke dalam alam pikir dan gaya hidup yang dangkal? Yang menempatkan gaya hidup konsumtif dan kekayaan materi sedemikian tingginya, sehingga tidak segan-segan melakukan korupsi yang berakibat pada kehancuran martabat negara, bangsa, rakyat dan dirinya sendiri. Sikap sederhana muncul jika seseorang lebih menghargai kualitas hidup yang lebih dalam, bukannya pada kemasan atau gaya hidup yang lebih menampakkan kulit luarnya saja.

Orang yang sangat mementingkan kemasan luar bisa jadi tengah mengalami krisis kepercayaan diri. Atau memang sudah dari dulunya terbiasa hidup serba mewah dan glamour. Bagi seorang pemimpin sangat penting membiasakan hidup sederhana agar tidak tercipta jarak yang menganga dengan rakyat. Yang lebih penting dari hidup sederhana adalah pada perilaku dan tutur katanya. Bisa jadi seseorang kekayaannya melimpah, namun tidak membuatnya silau dan menjadi tawanan dari kekayaannya. Harta adalah instrumen atau pelayan yang mesti mengabdi pada pemiliknya, jangan terbalik.         

Ada orang berpendapat, sebagian masyarakat kita sudah termanjakan oleh gaya hidup konsumtif dengan biaya mahal sejak masa orde baru. Bangunan hotel, restauran, mal dan show room mobil selalu bermunculan, yang kemewahannya jauh mengalahkan bangunan sekolah, universitas dan gedung kesenian. Masyarakat Indonesia juga dikenal sebagai pangsa pasar yang sangat subur bagi produk telepon genggam dan parfum produk mutakhir. Di Jakarta Selatan terdapat lebih dari sepuluh mal dan pusat-pusat belanja yang cukup mewah. Dan itu pun selalu ramai dikunjungi orang.

Ketika terjadi krisis ekonomi dan lingkungan, terutama akibat banjir dan macet,  keluarga kelas menengah kita sangat mudah berkeluh kesah dan hampir putus asa bagaimana mengatasinya. Kita memang sudah begitu lama hidup dimanjakan oleh berbagai fasilitas pembangunan mewah warisan orde baru, meskipun dari uang utang luar negeri, sehingga berat kalau diturunkan gaya hidupnya. Yang bahaya adalah jika mental ini menular pada anak-anak kita.

Pada generasi awal, yaitu generasi pejuang yang mengadu nasib merintis karir di kota besar, mereka masih memiliki ingatan atau mental data base bagaimana hidup susah. Tetapi generasi baru yang terlahir di masa orde baru yang merasa serba berkecukupan lalu sekarang situasi memburuk, maka mental mereka tidak cukup kuat menghadapi kerasnya kehidupan. Mungkin faktor ini ikut mendorong untuk memilih jalan pintas tanpa memperhatikan halal-haram. Lalu orangtua pun ingin melestarikan statusquo pada wilayah comfort zone bagi dirinya dan keluarganya sehingga, lagi-lagi, tidak segan-segan melakukan korupsi.

Sesungguhnya gaya hidup sederhana sudah dicontohkan oleh para pejuang pendiri bangsa. Dan dulu pernah juga semasa Pak Harto muncul seruan hidup sederhana. Tetapi rupanya hanya sekadar seruan, tidak terwujud dalam pelaksanaan. Di lingkungan pendidikan pun mengalami krisis pendidikan character building. Ambisi untuk lulus ujian nasional menjadi agenda utama setiap sekolah dengan mengurangi perhatian pada pengembangan bakat dan pendidikan karakter.



Padahal, sebuah bangsa akan bangkit dan maju kalau pemerintah dan masyarakatnya kompak berani hidup sederhana, lalu diikat oleh semangat dan cita-cita untuk membangun kebanggaan sebagai sebuah bangsa dan negara sebagaimana yang dicontohkan oleh peristiwa historis Sumpah Pemuda 1928. Dari sisi materi, mereka sederhana hidupnya, tetapi sangat kaya dengan imajinasi, cita-cita mulia dan altruistik. Yaitu perasaan bahagia dan bermakna hidupnya dengan banyak memberi bukannya mengambil atau menerima belas kasih orang.


 

Komaruddin Hidayat
Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
 
Sabtu, 29 Oktober 2011 14:58 WIB
Sumber: http://www.metrotvnews.com/read/analisdetail/2011/10/29/214/Kemuliaan-di-Balik-Kesederhanaan 

 

Sabtu, 13 Agustus 2011

Go To Merapi Montains

Jumat, 22 April 2011
       Pagi Itu suasana sibuk semua, semua agenda telah dipersiapkan untuk mempersiapkan pendakian gunung merapi yang telah direncanakan ketika aku berada di semester pertama kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Sumatera Barat, ini merupakan impian yang harus terwujud bagaimanapun caranya dalam benakku.
      
       Pagi itu semua suasana mendukung, namun hanya sedikit sekali persiapan yang dipersiapkan, dan mengejar semua agenda yang harus dilakukan untuk persiapan pendakian,
Tim Merapi Ki-Ka (Rendra, Eko, Ferry, Rian, Yanthus, Mujiono)
        
       Pendakian akan dilaksanakan Ba'da Shalat Jumat, semua rekan-rekan bagi Job untuk mempersiapkan persiapan dimana tim pendakian kali ini ialah;


Tim Merapi, Ki - Ka (eko-rendra-ferry-budy-rian-yanthus)
- Ferry Hardi (Koor Lapangan)
- Fallyanthus (Koor Perlengkapan)
- Rendra Azwar (Koor Logistik)
- Timbul Mujiono (Perlengkapan)
- Eko Satria DH (Koor Pendanaan)
- Dian Febriansyah (Dokumentasi)
- Buddy Purnomo (Komandan Dapur)


Kali ini aku mempersiapkan Perlengkapan Tenda, sleeping bag, dan bendera serta perlengkapan untuk pendakian, semua bekerja dengan semangat sesuai dengan pembagian tugas masing-masing.

Namun, Rencana Perjalanan tertunda sesuai dengan jadwal yang ditentukan. karena masih banyak perlengkapan yang belum dipersiapkan,,, hingga kita start dari lokasi rumah pukul 16.00 WIB ba'da ashar,, perjalananpun dimulai dari kediaman saudara Fallyanthus,, kita memakai formasi 4 motor dengan 3 berpasangan + 1 kosong,,,, sesampainya ditengah perjalanan hujan menerpa kita sehingga kita shalat magrib di Silaing- kota Padang Panjang....
Selesai shalat magrib perjalanan dilanjutkan namun sesampainya menjelang Koto Baru, tempat kami akan start mendaki salah satu barang bawaan kami ketinggalan yaitu tas yang berisi bahan logistik untuk perbekalan kita di gunung besok,, dan satu pasangan anggota kembali mengambil tas tersebut,,, kami datang dan berkumpul di pasar Koto Baru, Kabupaten Agam.

Sesampainya di koto baru dan breafing kita mengadakan makan bersama untuk pembekalan dalam pendakian nanti,,,, setelah selesai semua kita mempersiapkan diri untuk mendaki dan membaca doa, sehingga korlap memimpin untuk menuju gunung yang akan kita daki.

Pendakian kami mulai setelah shalat Isya dan kami membawa kendaraan ke kaki gunung, namun terjadi miss comunication sehingga kita singgah di rumah mantan KKN dari salah satu anggota kami yaitu saudara Budy Purnomo, sehingga kita berbicara panjang lebar tentang tatacara pendakian,, dan bagi kami yang belum shalat isya mereka shalt terlebih dahulu.

            Kami mulai start dari rumah (tempat KKN budy) jam menunjukan pukul 23.00 WIB, kami mulai star menuju kaki gunung menggunakan sepeda motor, namun ditengah perjalanan ketika mendaki lumayan tinggi dua kendaraan kami kesulitan untuk mendaki, karena medan yang lumayan berat untuk sebuah motor yang biasa berarena di jalur kota,,, perjalanan tetap  lanjutkan sehingga sampai di post pertama yaitu POS POLISI KEHUTANAN, kami berharap di post ini ada penjaga sehingga kita aman dalam melaksanakan pendakian tanpa ada kepikiran was-was terhadap kendaraan yang kami bawa, namun semua di luar prediksi yang kita rencanakan. akhirnya kita mencoba untuk berfikir positif tentang semua hal tersebut dan hari itu bertepatan dengan musim mendaki sehingga suasan ramai, maka kita tidak terlalu was-was.

Perjalanan kita mulai dengan membaca doa sebelum masuk hutan pinus di kaki gunung, serta memamsng strategy dan saling mengingatkan, kita mulai perjalanan ini dengan langkah penuh semangat sembari bercerita-cerita.

            Ditengah-tengah perjalanan dalam pendakian banyak kenang-kenagan yang kita rasakan, diantara kita ada yang merasa lelah dan hamper putus asa dalam mendaki, dikarenak ini merupakan pendakian pertama bagi mereka,  bahkan hampir terjadi kesalahpahaman (miss communication) diantara kami dalam menanggapi hal yang terjadi, namun diantara kami saling memberikan semangat dengan menyatakan berbagai alibi yang menyatakan bahwa puncak yang akan kita daki telah dekat, sehingga ini menjadi pemicu langkah kita dalam mendaki.

            Medan yang kita tempuh berupa jurang curam mendaki, lorong gelap berair, lorong berbatu dan suasana hutan yang mencekam, namun ketenagan jiwa yang lembut diiringi dengan udara yang segar.
 Sabtu, 23 April 2011
             Tanpa terasa kita telah melakukan lebih kurang dua jam perjalanan yaitu waktu telah menunjukan pukul 01.00 pagi, sabtu 23 April 2011, sehingga teman-teman telah merasa lelah dan hampir saja putus asa untuk sebagian dari kami. sehingga mereka ingin memutuskan untuk berkemah di setiap kita beristirahat, namun sebagian teman-teman selalu menyemangati untuk dapat terus berjuang dan mencapai puncak malam itu juga dan untuk menghilangkan penat kita slalu bercanda dalam perjalanan untuk memanggil idolanya masing-masing. Akhirnya sekitar pukul 04.00 pagi kita telah sampai cadas yang merupakan  bebatuan dari puncak gunung merapi yang menandakan telah dekat dengan puncak gunung yang ditandai dengan tumbuh-tumbuhan tertentu dan bau belerang yang sedikit menyengat.

Setelah sampai di cadas kita mencari lokasi yang nyaman dan cocok untuk berkemah. Setelah selesai mencari lokasi berkemah kita lalu mendirikan tenda dan bersiap-siap untuk beristirahat dan berencana mendaki ke puncak besok paginya. Sehingga kita semua lelap tidur.

            Tanpa sadar akhirnya pagi sampai juga, suasana pagi itu sangat dingin sehingga aku enggan rasanya keluar dari kepompongku, dan enggan meninggalkannya karena aku merasa nyaman saat itu, sedangkan budy dia asyik memasak nasi untuk sarapan, sehingga aku tergoda untuk bangun karena perutku terasa lapar. Kai menyantap sarapan pagi dengan lahap meskipun nasi tidak matang sempurna dan masih terasa beras sedikit.

            Setelah Selesai sarapan kami ada yang melanjutkan tidur, dan ada yang menikmati udara pagi di lereng gunung pagi itu. Sembari menikmati udara pagi itu diantara kami ada yang mengusulkan mendaki puncak pagi itu, akhirnya kami berlima melakukan pendakian pagi itu dan dua orang menunggu tenda sembari tidur dengan nyenyaknya.

Kami berlima dengan semangat menuju puncak, pada akhirnya sekitar pukul 10.00 pagi kami sampai di puncak, pendakian lebih kurang memakan waktu 45 menit. Sesampainya di puncak aku merasa bangga karena sudah hampir 3 tahun aku memimpikan untuk mendaki dan hari itu menjadi kenyataan bahwa aku telah sampai di PUNCAK MERPATI yang merupakan salah satu puncak dari gunung merapi sehingga aku merasa puas dan bersyukur kepada Allah serta merasakan pengorbanan dalam mendaki yang sedikit melelahkan terbayar sudah.
Puncak Merpati
            Ditengah-tengah kebanggaan itu ternyata ada yang terlewatkan yaitu sebuah kamera tertinggal untuk mendokumentasikan semua moment yang ada. Namun kami berencana mengambil kamera di camp kami, tetapi aku dan rendra yang mengambil kamera tersebut dan akan menyusul mereka setelah itu. Ketika kami mengambil kamera ke camp dan mereka bertiga berjalan menyusuri puncak gunung yang terhampar dengan bebatuan luas.

            Sesampainya di camp kami berdua mencari kamera, namun kami beristirahat terlebih dahulu dan mencari makanan cemilan. Di camp itu kami melihat saudara yanthus dan ferry sedang asyik tidur. Namun perencanaan berkata lain, kami tidak jadi mendaki menyusul mereka sehingga kami beristirahat.

            Sekitar pukul 03.00 siang, merekapun datang (Eko, Budy dan Rian) dan mereka meradang kepada kami dan kami berkilah bahwa kami ketiduran. Namun setelah makan siang siap kami bertiga ingin mendaki ke puncak ba’da Ashar yakni Aku, Rendra dan Yanthus, namun ketika kami hendak berangkat mereka menyarankan untuk tidak mendaki, karena kabut sore itu cukup tebal dan sedikit mendung. namun kami tidak menghiraukannya dan kami bertiga tetap untuk pergi.

            Kami menyediakan perlengkapan seadanya untuk mendaki puncak, kami berpandangan jikalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Setelah mempersiapkan semua perlengkapan kami bergegas mendaki karena haripun semakin petang.

            Kami bertiga melangkah dan berdoa mendaki puncak hari itu. Ditengah-tengah perjalanan teman kami saudara Fallyanthus tidak mampu mendaki sore itu, ia kelelahan karena berat badannya yang OW yang membuat letih kakinya. Akhirnya kami melanjukan berdua yaitu Aku dan Rendra menuju PUNCAK MERPATI untuk kedua kalinya.

Puncak Merapi
Puncak merapi terhampar sangat luas dengan batu-batu yang tajam dan ganas. Di sela-sela itu kami memiliki tujuan ke PUNCAK GARUDA yang merupakan puncak tertinggi di  gunung merapi dan Taman Bunga Endelweis. Bunga Endelweis merupakan salah satu bunga sebagai simbol keabadian, karena bunga ini selain hanya hidup di sekitar puncak gunung dan tidak pernah layu. Bunga ini memiliki aroma dan bentuk yang khas. Sehingga ini menjadi tujuan kami.

Kami terus melanjutkan perjalanan dengan meninggalkan tanda-tanda bebatuan yang kami tumpuk sebagai tanda kami untuk pulang. Perjalanan ini merupakan perjalanan pertama kami sehingga banyak hal yang belum kami ketahui. Kami terus berjalan menuju puncak yang diceritakan oleh teman kami bertiga yang telah menyusuri kawasan puncak pagi tadi.

 Perjalanan kami terus berlanjut sembari mengabadikan dengan kamera yang kami bawa. Perjalanan kami terus berlanjut maka sampailah kami ke salah satu kawah terbesar di puncak merapi tersebut. Suara kawah itu meraung dengan gansnya seperti suara merebus air yang menggelagak dibarengi dengan bau belerang yang menyengat. Di tepi kawah ini kami berjalan menuju PUNCAK GARUDA, namun waktu shalat magrib tiba dan kami melaksanakan shalat magrib dengan tayamum.

Selesai magrib kami melanjutkan perjalanan, namun kala itu kabut sudah mulai menebal sehingga jarak pandang berkurang. Kami memutuskan untuk melajutkan perjalanan atau kembali ke camp kami. Namun kami bersikeras untuk terus melanjutkan perjalanan. Akhirnya kami malnjutkan perjalanan dengan tetap memberikan tanda setiap perjalanan yang kami lalui.

Puncak Garuda Malam Hari
Perjalanan berlanjut dan sampailah kami Ke PUNCAK GARUDA. Dimana diberi tanda bendera warna putih. Namun kami ragu untuk melanjutkan ke taman Endelweis karena kabut saat itu tebal sekali. Kami memtuskan untuk kembali ke camp, namun ketika awal melangkah kami terjatuh, karena grogi dalam melangkah. Kami berdua cemas melaksanakan perjalanan tersebut.

Kami memutuskan pulang menuju camp. Namun hal yang mencemaskan yakni semua tanda yang kami buat tadi, tidak kami ketemukan sehingga membuat kami semakin cemas ditambah kabut tebal dan aroma belerang yang pekat. Sehingga tanpa Kami sadari bahwa perjalanan kami menuju ke kawah utama. Kami baru sadar ketika bau belerang semakin pekat dan suara kawah yang bergemuruh terdengar semakin jelas. Sehingga kami berbalik arah menuju jalan utama.

Kami berjalan diam tak bersuara sambil berdoa di dalam hati. sembari mengingat-ingat cerita bahwa banyak pendaki gunung yang hilang ketika kabut tebal melanda. Kami mencoba terus berjalan menuju jalan yang telah kami beri tanda, namun kami tidak menjumpainya, sehingga kami mencari jalan sembari mengingat arah-arah langkah kami.

Perjalanan terus kami lanjutkan meskipun sedikit cemas, dan akhirnya kami menemukan camp senior kami yang berjumpa ketika mendaki tadi sore, yang didirikan di dekat puncak merpati. Perasaan kami telah tenang dan sedikit lega. Sehingga perjalanan menuju camp dapat kami laksanakan dengan tenang dan terarah.

Perjalanan menuju camp kami terus dilakukan, di dalam perjalanan menuju camp kami sembari berfikir bahwasannya tindakan yang kami lakukan merupakan tindakan yang ceroboh serta merupakan kesombongan sehingga kami menyadari bahwa kesombongan akan membawa kepada kebinasaan, kami belajar dari kejadian tersebut.

Beberapa menit kemudian kami sampai di camp kami sehingga kami merasa lega. Sesampainya di camp kami beristirahat dan bercerita-cerita dengan teman-teman kami serta membicarakan kejadian yang telah kami alami. Kami berbagi-bagi pengalaman dan mereka terus menyalahkan kami atas tindakan ceroboh kami tersebut. Namun kami merasa bangga kepada teman-teman semua, bahwa mereka care kepada kami dan mereka merasakan kecemasan yang sama dengan kondisi kami. Kami bercerita hingga larut dan sebagian istirahat untuk mempersiapkan pendakian hari berikutnya.

Minggu, 24 April 2011
            Suasana minggu pagi telah terasa dengan suasana udara yang sangat dingin menusuk tulang kami. Seketika itu budy dengan semangat membangunkan teman-teman untuk mendaki puncak pada pagi itu guna melihat sun rise yang telah direncanakan semalam, kamipun bangun dan bersegera mempersiapkan diri untuk mendaki puncak yang ketiga kali bagi saya dan rendra. Sebelum pergi kami mencari air untuk minum, karena persediaan air kurang untuk saat itu.

            Perjalanan mencari air kami lakukan berdua (saya & rendra), kami laksanakan dengan senang hati, kami mencari air dengan cara menyusuri delta gunung yaitu daerah untuk mengalirnya ketika lahar keluar dari perut bumi. Kami telusuri sehingga kami mendapatkan air yang masih jernih dan kami mengisi botol air mineral yang kami bawa ke camp.
Sunrise, 24 April 2011
        Setelah mempersiapkan semua perlengkapan kami menuju puncak merapi pagi itu, dan kami mendaki puncak berenam orang dikarenakan Eko tidak sanggup mendaki dimana kakinya kram dan tidak sanggup melaksanakan pendakian. Kami laksanakan perjalan dengan semangat untuk melihat sun rise di pagi itu, sehingga dalam perjalanan menuju puncak kami terbagi menjadi dua kelompok dimana kelompok pertama saya, rendra, dan budy sedangkan kelompok kedua ferry, yanthus dan rian dikarenakan Mereka berjalan agak lambat. Sehingga kami kelompok pertama mendapatkan keindahan sun rise yang kami lihat dari tepi kawah utama.
Tepi Kawah Utama
Kami terus berjalan dengan mengelilingi kawah-kawah gunung tersebut. Sehingga banyak kawah yang kami lihat, sembari melihat-lihat kawah kami melihat-lihat tanaman endelweis yang unik. Tanaman ini memiliki bunga yang kecil dan tanaman perdu namun tak pernah layu. Sehingga tanaman ini dilarang di ambil dikarenakan populasinya yang terbatas.
Bunga Endelweis
            Di setiap kami menemukan bunga tersebut kami mencium dan ada sebagian mengamati. Kami terus menyusuri puncak merapi, dan kami melihat salah satu kawah yang mengeluarkan belerang, akhirnya kami menuju ke tempat belerang itu dan mengambilnya beberapa pecahan kecil untuk kenang-kenangan.
            
        Perjalanan kami lanjutkan menuju taman endelweis. Dimana pendakian menuju merapi kurang sempurna  sebelum menuju taman endelweis kata para pendaki. Namun Perjalanan ini terpaksa kami hentikan sementara karena saat itu kabut tebal menerpa perjalanan kami yang menyebabkan jarak pandang tidak jelas. Setelah kabut mulai menipis kami lanjutkan perjalanan menuju taman tersebut. Akhirnya kami sampai di taman yang kami tuju. Kami terkesima dan senang sekali bahwa perjuangan kami terbayar dengan keindahan taman endelweis serta hamparan bebatuan dan gemuruh kawah yang riang. Kami mencoba mengabadikan suasana di taman endelweis dengan berfoto.
            Perjalanan kami lanjutkan menuju ke camp. Dikarenakan kami tidak menjumpai kelompok kedua dari kami. Namun ditengah-tengah perjalanan kami berjumpa dengan kelompok kedua kami. Akhirnya kita kembali menuju taman endelweis lagi secara bersama-sama.
Foto bersama Di Taman


Di tengah-tengah perjalanan kami berjumpa dengan rombongan anak SMA yang merayakan hari setelah melaksanakan Ujian Akhir Nasionalnya (UAN), kami bercerita panjang dan menikmati hidangan air jahe dan roti, kita cerita dan bercanda cukup lama.
Taman Endelweis
    
Taman Endelweis
  Selesai bercerita kami melanjutkan perjalanan dan akhirnya kita berfoto bersama dengan sebagian teman-teman yang kita jumpai di taman tersebut. Selesai dari taman kami menuju pulang melalui rute semula, namun saya melewati jalan yang kami tempuh kemarin sore yang membuat kami tersesat dan kami menuju Puncak garuda yang merupakan puncak tertinggi di puncak gunung tersebut. Dan  kami malnjutkan perjalanan menuju camp dikarenakan hari telah siang yang mengharuskan kami bergegas untuk pulang ke padang.
Puncak Garuda Ke 2
Jurang Puncak Garuda
         Sesampainya di camp, ternyata teman kami eko telah menyediakan makanan dan akhirnya kami makan kacang padi berandam (kacang hijau di rendam air) karena dia memasak dengan ban dan tidak sampai masak, kami merasa lapar saat itu namun kita coba memasak kembali namun tidak jauh beda, yang membedakan hanya tambahan susu cream. Kami nikmati sarapan tersebut untuk bekal menuruni gunung dan ini merupakan masakan yang menjadi kenangan kami di pendakian kali ini.
            Kami berkemas-kemas untuk menuruni gunung tersebut. Selesai berkemas-kemas kami mengumpulkan sampah dan membakarnya sampai habis. Akhirnya kami turun gunung menuju padang. Dipertengahan perjalanan ternyata hujan turun lebat, kami berjalan dengan cepat sembari berlari, perjalanan menuruni gunung kami laksanakan dalam waktu dua jam lebih kurang. Dan akhirnya sampai di POS POLISI KEHUTANAN, dan kami lihat kebanggaan teman-teman di campur letih dimuka  mereka. Akhirnya ditengah-tengah hujan tersebut kami menuju  koto baru tempat awal kami akan mendaki gunung.
            Di dalam perjalanan menuju pos utama ke koto baru, kami merasakan H2C (Harap-Harap Cemas) karena takut ada razia bunga endelweis. Dimana jika tertangkap maka akan dikenakan sanksi berupa denda atau mengembalikan ke tempat semula.  Namun hari itu merupakan hari keberuntungan kami dan tidak ada razia saat itu. Namun naas ban sepeda motor budy bocor ketika hendak menuju Koto baru. Dan kita tambal di simpang dekat masjid koto baru, dimana diiringi dengan suasana  dingin dan lapar.
            Selesai menambal ban motor kami membersihkan diri di kamar mandi masjid tersebut sebelum menuju ke padang, selesai bersih-bersih kami melaksanakan shalat magrib dan kami membeli nasi bungkus untuk persiapan ke padang. Selesai makan dan shalat shalat Isya kami berbagi strategi untuk pulang, dimana kami seperti susuanan  ketika berangkat, namun budy pulang ke pariaman dan tidak ke padang.
            Kami menuju PADANG KOTA TERCINTA.....

            Inilah perjalanan saya mendaki gunung MERAPI Kabupaten AGAM – SUMATERA BARAT – INDONESIA.

****  S E L E S A I ****