Salam








SELAMAT DATANG DI BLOG TIMBUL MUJIONO ENTREPRENEUR SANG PETUALANG


Sabtu, 28 Januari 2012

Indahnya Singgalang With Telaga Dewi


On December 10 – 11, 2011
By. Timbul Mujiono


Kaki Gunung Singgalang, 10 Des 2011
Pada hari itu tepatnya pada tanggal 9 Desember 2011 bertepatan pada tanggal 14 Muharam 1433 H, kami merencanakan untuk mengadakan pendakian pada Gunung Singgalang yang terletak di Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Indonesia. Ini merupakan pendakian saya yang kedua setelah mendaki Gunung Merapi. Kami merencanakan pendakian bertiga orang (Timbul Mujiono, Fallyanthus & Ferry Hardi.Red), namun terjadi perubahan rencana dan kami melakukan pendakian berdua saja yaitu Fallyanthus dan Saya.

Persiapan pendakian dilakukan semalam sebelum melaksanakan pendakian, kami mempersiapkan perlengkpan dan logistic beberapa saat sebelum berangkat dari daerah yang akan kami tuju, perjalanan yang kami tempuh menuju nagari koto baru dari padang lebih kurang 3 jam perjalanan. Kami menuju koto baru dari kota padang pada pukul 01.00 dini hari mengendari sepeda motor Yamaha MX warna hitam-merah milik rekan saya Fallyanthus. Kami mempersiapkan Perlengkapan dan Logistik jam 09.00 malam pada tanggal 9 Desember 2011.


Tepian Telaga Dewi Gunung Singgalang
Perjalanan akan kami mulai namun persiapan masih ada yang kurang dan cukup urgen untuk pendakian yaitu tenda dome, dan belum kami dapatkan, namun karena kebaikan salah satu rekan kami Armis Bastian maka dia bersedia meminjamkan tendanya untuk pendakian gunung singgalang dengan berat hati, dikarenakan takut terjadi musibah pada diri saya. Namun saya yakinkan InsyaAllah tidak ada halangan karena niat saya lurus.
           
Setelah persiapan kami sediakan dan persiapkan, maka kami mulai berangkat menuju koto baru. Namun ketika kita akan berangkat camera digital rekan saya belum dikembalikan oleh juniornya, akhirnya kita jemput di pasar baru – kota padang. Dan kira-kira pukul 01,00 dini hari kita menuju ke koto baru kabupaten tanah datar.

            Perjalanan kami mulai dengan driver Fallyanthus dan saya menggonceng di belakang. Hal ini dikarenakan body dia lebih besar dibandingkan dengan saya. Kami dalam perjalanan asyik cerita dan menyanyikan lagu-lagu nostalgia dari Iwan Fals untuk menghilangkan kantuk yang menyerang kami di atas kuda besi Yamaha MX yang melaju dengan kecepatan standar. Meskipun terkadang kami terkantuk dan terlelap sesaat dimana cuaca saat itu mendukung dan tidak hujan. Akhirnya kami sampai di masjid koto baru sekitar pukul 04.30 dinihari ketika suara orang membaca Al-Quran menggema di masjid yang menandakan waktu subuh akan tiba, kita memutuskan untuk mendaki siang hari sekitar pukul 09.00 pagi kita berangkat, dengan alasan kita berdua belum pernah mendaki ke singgalang. Akhirnya kita berdua beristirahat sembari menunggu waktu shalat subuh tiba, dan sayapun tidur sejenak di samping masjid tersebut.
           
Sayapun tersentak, ketika suasana sudah agak siang, dan ternyata orang telah selesai melaksanakan shalat subuh berjamaah dan akhirnya saya shalat sendiri karena teman saya terlupa menjagakan saya untuk shalat berjamaah dan diapun sudah terlelap tidur di dalam masjid setelah selesai shalat.
           
Selesai shalat saya berdoa sejenak agar pendakian kita diberikan kelancaran dan tidak ada halangan yang berarti. Sejurus kemudian ibu-ibu jamaah sedang asyik bercerita dan menanyakan kepada saya,

“Ndak, Pai kama nak??”, kata ibu-ibu itu
Rancana Ka pai mandaki singgalang mak.! Saya.
Samo sia se paiNyo? Lai berombongan nak?!, Ibu-ibu
Lai indak mak, wak baduo se samo kawan wak yang sadang lalok ko,, beko agak siang seketek wak painyo..
           
Percakapan kami berlangsung lamak, ibu-ibu itu banyak menyarankan untuk menunda pendakian singgalang dengan berbagai alasan yang memperhatikan keselamatan kami berdua di dukung kembali kami belum pernah melakukan pendakian singgalang. Mereka berpendapat bahwa singgalang lebih mengerikan (angker) dibandingkan dengan merapi meskipun gunungnya tidaklah aktif, dikarenakan telah banyak orang yang hilang yang melakukan pendakian singgalang dan serta jikalau tersesat maka kemungkinan kecil untuk dapat ditemukan kembali. Mereka menyarankan kami untuk tidak pergi mendaki dan menunda untuk lain waktu, pada musim pendakian.

            Percakapan itu membuat opini sendiri dalam pikiran saya sehingga menimbulkan penasaran dan tetap meluruskan niat saya untuk mendaki. Rekan sayapun terbangun, kemudian kita bercerita dan kita menetapkan untuk melakukan pendakian dengan semangat dan niat yang lurus.
            Sebelum melakukan pendakian kita memutuskan untuk memasak nasi di bawah untuk makan di jalan dan sarapan secangkir energen + susu untuk persiapan energy mendaki ke singgalang. Sedangkan fallyanthus dia pergi mencari persiapan sambal untuk teman makan dan tali sebagai tanda untuk mengadakan pendakian, akhirnya minuman untuk sarapan telah siap dihidangkan kita sarapan dan siap melaksanakan pendakian.
Hutan basah singgalang
            Pendakian kita mulai berangkat pada pukul 09.30 pagi, suasana pagi itu mendukung karena tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Kamipun melapor ke posko pendakian dan menanyakan medan pendakian dan ada tidaknya rekan-rekan lain yang melakukan pendakian ke singgalang serta kami bertukar no Handphone seandainya terjadi sesuatu hal. Merekapun berkata bahwa medannya tidak terlalu semak lagi dan ada dua orang dari padang yang sedang melakukan pendakian dan baru saja berangkat, kitapun dikenakan biaya pendakian Rp 4,000.-/Orang. Akhirnya Kami sampai di kaki gunung sekitar jam 10.00 pagi, akhirnya kita menitipkan kuda besi kita di rumah penduduk sekitar yang berladang tebu di sekitar kaki gunung tersebut.

Cadas Singgalang
            Kita melakukan pendakian sekitar Pukul 10.30 pagi, dimana saya membawa tas bodypack dan Fallayanthus membawa Kerrel. Kita melakukan pendakian sembari mengisi dengan cerita-cerita kecil dan menyanyikan lagu-lagu nostalgia dari bang Iwan. Setelah sekitar 30 menit perjalanan kita memutuskan istirahat dan makan pagi terlebih dahulu. Kita makan dengan dedak rendang yang dibeli oleh saudara fallyanthus. Kita sembari makan dan membicarakan tentang kenikmatan rendang dan cerita ketika dia sekolah dulu tentang masakan-masakan.

            Selesai kita makan, kita santai terlebih dahulu kemudian melanjutkan perjalanan menuju puncak. Perjalanan kita laksanakan dengan penuh semangat sembari menyanyikan lagu-lagu dari bang Iwan. Perjlanan kita lalui melewati ladang-ladang petani sekitar dan melewati stasiun pemancar TVRI sumatera barat serta tower-tower telekomunikasi yang menjulang dengan gagahnya.

Cadas Singgalang Background merapi
  Perjalanan terus dilaksanakan dengan santai, beberapa saat kemudian kita berhenti dan saling bergantian membawa kerrel dan istirahat sembari minum dan saling memberikan semangat. Sesampainya kepada mata air pertama teman kita menghubungi yaitu Ferry Hardi dan Rendra Azwar dengan memberikan semangat dan jangan lupa kasih kabar jikalau sudah sampai puncak.


          Di tengah-tengah perjalanan setelah beberapa saat melalui mata air pertama kita berjumpa dengan dua orang pendaki dari padang yaitu dari Universitas Negeri Padang (UNP) dan Universitas Putra Indonesia (UPI). Kami mengira mereka telah jauh mendaki ke atas ternyata mereka mencuci celana mereka di mata air pertama karena terduduk di kotoran burung. Sehingga mereka memutuskan untuk mencucinya dan beristirahat sejenak di mata air tersebut.
Cadas Singgalang

           
            Perkenalan itu membuat kami memtuskan untuk mendaki bersama dikarenakan mereka telah berpengalaman dan mengetahui medan pendakian. Perjalanan kami lebih santai dibandingkan dengan mereka. Kita mendaki mengikuti jalur kabel telpon yang ada sehingga memungkinkan kita akan aman sampai puncak.

Tenda Tim Kami (David & Mujiono)
            Perjalanan terus kami lakukan dan sampailah pada mata air kedua kita istirahat sejenak sembari mengambil air minum untuk perbekalan menuju puncak. Setelah istirahat kita melanjutkan pendakian dan tak lama lag kita sampai mata angin yang menunjukkan bahwa kita telah mendekati cadas dan menjelang puncak. Kita sampai mata angin kira-kira pukul 03.00 siang. Kita beristirahat sejenak sembari buat minum dikarenakan kabut saat itu tiba-tiba menebal sehingga jalan tidak tampak dan suasana gunung telah terasa. Ketika kita siap istirahat dan akan berangkat kita berjumpa dengan para pemburu yang mencari buruannya dengan membawa senapan masing-masing. Mereka berjumlah enam orang dengan perlengkapan berburu, ketika kami Tanya mereka berasal dari Riau, katanya.

            Perjalanan kami lanjutkan dan kita harapkan sampai cadas sekitar jam 05.00 sore dengan harapan dapat melaksanakan shalat ashar yang di jamak dengan shalat dhuhur. Perjalanan terus kita laksanakan dan akhirnya sampai di cadas singgalang sekitar jam 05.30 sore hari. Kami langsung bergegas melaksanakan shalat.


Cadas Singgalang
            Perjalanan kita lanjutkan, karena hari telah larut dan takut terlalu malam melintas hutan lumut, dikarenakan medannya berlumpur sehingga takut terjebak dalam lumpur. Sehingga kita memutuskan untuk melakukan perjalanan dan berfhoto-fhoto secukupnya di tempat-tempat yang terlihat indah dan tempat-tempat yang di kenang, diantaranya prasasti yang di buat oleh sispala Galapagos yaitu mengenang hilangnya rekannya yang mengadakan pendakian pada tahun 1987. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan karena takut kemalaman.

           Sesampainya di hutan lumut kita sekitar jam 06.20 sore dan telah cukup gelap. Tapi dalam pikiranku malam hari ini akan terlihat siang karea bertepatan dengan tanggal 15 Muharam 1433 H yang mana setiap tanggal 15 pada penanggalan Islam maka akan tercipta bulan sempurna atau orang menyebutnya bulan purnama. Sehingga aku berharap malam ini seperti harapanku.
Telaga Dewi di Pagi Hari, 11 Des 2012

            Akhirnya kita sampai telaga dewi yang menjadi tujuan setiap pendaki yang menuju ke singgalang, dimana saat itu menunjukan sekitar pukul 07.00 malam. Kami memutuskan mencari tempat berkemah, kita mencari tempat di sebalik telaga yaitu tempat upacara pembukaan ekspedisi yang dilakukan oleh tim ekspidisi singgalang ketika peringatan hut bhayangkara. Namun kita tidak menemukan jalan menuju ke sana karena terlalu gelap.

          
Telaga Dewi
Kita memutuskan mendirikan tenda di tepi telaga yang awal kita sampai dan sepakat untuk menghadap telaga tenda ke arah telaga. Akhirnya tenda kami telah berdiri dan sebagian mencoba membuat api unggun namun tidak dapat hidup. Akhirnya kita makan malam bersama yaitu lebih nasi yang telah kami masak di bawah tadi dengan lauk bumbu rendang. Makan kita cukup lahap, kemudian siap makan kita kembali ke camp masing-masing. Dan saudara fallyanthus dan saya melaksanakan shalat isya dan magrib.

Fallyanthus & Timbul Mujiono
            Menjelang tidur kita minum penghangat tubuh yaitu minuman jahe yang kami bawa dari Padang. Sehingga saat itu badan terasa hangat dan kita menuju pembaringan masing-masing. Kami tidak kuasa keluar tenda malam itu, karena suasana cukup dingin dan sunyi yang menggambarkan ketenangan jiwa di dalam hati, saat seperti ini yang membuat saya merindukan untuk mendaki jikalau pikiran lagi penat, dimana suasannya menggambarkan kenyaman dan kedamaian hidup.
Hutan Lumut
            Malampun semakin larut, dan sesuai dengan perkiraan saya. Malam hari ini bagaikan siang karena malam ini malam bulan purnama. Itulah indahnya penanggalan dalam islam sehingga kita dapat melihat gejala-gejala alam dengan prediksi sesuai penanggalan islam. Dibandingkan dengan penanggalan masehi yang pergantian waktunya tidak ada bedanya sedangkan islam jelas. Namun semua orang telah tercuci otaknya dan terlena dengan pemikiran-pemikiran modern tanpa melihat dan berfikir secara rasional.


            Kitapun tidur diiringi dengan suasana yang khas dari gunung yang menggambarkan kesejukan hati. Sungguh indah malam itu, di atas puncak, di tepi telaga ditemani oleh cahaya bulan yang sempurna dan udara yang sejuk menusuk tulang. Dimana keindahannya membuat orang selalu merindukan untuk menikmatinya.

            Semua kita istirahat dan memutuskan untuk turun gunung besuk pagi sekitar pukul 10.00. Dengan harapan besuk tidak kemalaman sampai di kota padang.
Hutan Lumut

            Bangun pagi hari itu terasa indah, dan kami mengabadikan kenangan-kenangan-kenangan tersebut dengan berphoto-photo di tepi telaga dewi dan menikmati keindahan yang maha kuasa ciptakan. Sungguh sempurna suasana saat itu.

            Setelah asyik berphoto-photo ria kita memasak nasi untuk sarapan sebagai sumber tenaga untuk menuruni gunung singgalang. Sekitar pukul 10.00 kita mulai mengemasi barang-barang kami dan akhirnya jam 11.00 siang kita mulai menuruni gunung. Sebelum berangkat kita menyempatkan diri berphoto bersama.

Tim Singgalang, 10-11 Des 2011
            Perjalanan menuruni gunung singgalangpun kita mulai sembari berdoa bersama semoga kita selamat sampai tujuan. Kitapun bergegas menuruni gunung dengan meninggalkan keindahan telaga dewi. Perjalananpun kita bersama-sama sampai di cadas. Akhirnya setelah beberapa lama dari cadas kita berdua berjalan lumayan lambat dan banyak berhenti. Karena kita sembari menikmati keindahaan gunung singgalang. sehingga mereka duluan kebawah, tinggal kami berdua menuruni gunung diiringi dengan  lagu Bang Iwan yang selalu  setia menemani kita. Mulai  berangkat hingga pulang dia setia menami perjalanan kami.

            Perjalanan kami Sampai di titik awal pendakian pukul 02.00 siang. Sesampainya disana kami bertemu rekan sependakian kita tadi dan banyak rekan-rekan lain yang melakukan pendakian dan hanya sekedar berlibur akhir pekan saja. Sesampainya di stasiun TVRI sumatera barat, rekan kami meminta air minum yang kami ambil dari mata air kedua, namun karena kecerobohan kita yaitu penutupnya tidak terlalu rapat sehingga ketika diambil akhirnya air yang kita bawa tertumpah dan tak bersisa. Sejurus kemudian rekan saya Fallyanthus dating dan dengan nafas yang terengah-engah meminta air minum, namun airnya telah habis. Akhirnya kita memutuskan untuk terus berjalan mencari sumber air karena kami terasa sangat dahaga saat itu.
Timbul Mujiono
            Perjalanan terus kita lanjutkan untuk menuju tempat kami menitipkan kuda besi kami sembari mencari air yang bisa kita minum. Namun sepanjang perjalanan tidak ada sumber air yang kami jumpai, kita memutuskan mencari alternative apa saja yang bisa kita makan untuk pengganjal dahaga sementara, akhirnya kita melihat batang terung pirus dan sebagian telah masak dan kita memintanya kepada petani tersebut dan kami bersyukur karena sedikit terobati kedahagaan kami.

Perjalanan terus kita lanjutkan sembari melihat-lihat petani tebu yang ada, dengan niat ingin meminta sebatang tebu sebagai pengobat dahaga, namun sepanjang perjalanan hanya ada ladang tebu dan tidak terlihat petaninya. Namun beberapa saat kemudian kita mencium aroma bau orang memasak air tebu sebagai bahan pembuat gula tebu, karena di daerah tersebut petaninya adalah pembuat gula tebu yang dipasarkan di pasar bukittinggi dan sekitarnya. Kita bermaksud ingin melihat cara pembuatan sembari meminta tebu sebagai penghilang dahaga. Setelah kita cukup lama bercerita akhirnya kita meminta tabu, namun kata ibu itu, ambil saja air perasan tebu yang telah diperas. Akhirnya kami minum lebih dari 3 gelas per orang karena kami sangat haus. Akhirnya kami mengucapkan terimaksih sembari berpamitan pulang.

            Kami melanjutkan perjalanan menuju rumah warga tempat kami menitipkan kuda besi kami. Sampai disana sekitar jam 3 sore. Sesampainya di warung tersebut kami langsung memesan minuman dingin meski cuaca saat itu mendung. Dan kami mohon ijin untuk shalat saat itu. Setelah selesai shalat dan cerita panjang lebar akhirnya kami meutuskan pulang ke padang meskipun saat itu hujan.

            Perjalanan menuju Kota Padang driver  pertama adalah saudara Fallyanthus. Namun sampai pertengahan perjalanan, sekitar padang pariaman tangan beliau kram akhirnya saya menggantikannya. Suasana saat itu hujan cukup lebat, akhirnya kami  Sampai di padang  pada hari minggu tanggal 11 Desember 2011, 16 Muharam 1433 H sekitar pukul 07.00 Malam.

            Akhirnya kami akhiri petualangan ini dengan selamat dan penuh kepuasan dalam hati…..

My life is Adventure…………….
*** S E K I A N ***

Tidak ada komentar: